Memiliki keturunan bayi tabung kini bisa berkurang biayanya. "Tidak
perlu menabung untuk bayi tabung," ujar dokter Budi Wiweko, SpOG (K),
dalam acara mengatasi masalah gangguan kesuburan dengan pilihan cerdas :
Not Simple but smart IVF di Hotel Gren Melia, Selasa 16 Desember 2014.
(baca : RS Hasan Sadikin Pangkas Biaya Bayi Tabung)
Program bayi tabung yang rata-rata harus menghabiskan Rp 50 juta,
kini bisa diperoleh dengan biaya Rp 30 juta. Angka tersebut adalah
batasan psikologis. Dengan biaya yang hampir sama, pasangan di Indonesia
bisa memperoleh sepeda motor. Jadi jumlah Rp 30 juta untuk satu kali
siklus menurut Budi adalah normal. "Ya kami melakukan dumping protection," ujar konsultasi kesuburan ini. Artinya membuat harga yang di bawah rata-rata harga pasar (dumping) ( baca : Embrio Bayi Tabung Tertukar)
Budi yang juga Sekretaris Jenderal Perkumpulan Fertilisasi in Vitro Indonesia ini mengharapkan dengan biaya terjangkau banyak pasien yang menjalankan program di dalam negeri. Di kawasan Asia Tenggara, dengan penduduk terbesar ternyata angka kepesertaan bayi tabung terendah. Bahkan dibandingkan Vietnam yang mencapai 15 ribu program setahun, Indonesia hanya 5 ribu.
Vietnam baru saja memiliki bayi tabung pertama tahun 1999. "Itu pun belajar dari Indonesia," kata Konsultan Kesuburan dari Klinik Yasmin RSCM Kencana ini. Indonesia yang memiliki bayi tabung sejak 1988, kini justru mengirim dokternya ke Vietnam untuk belajar bayi tabung. Biayanya sekitar US$ 1500-2000 satu kali pelatihan. (baca : Teknologi Baru Bayi Tabung Hadir di Indonesia)
Berangkat dari idealisme tersebut, Budi mengatakan :"Kami tidak ingin dijajah oleh orang asing." Maka klinik dr. Sander B, Kedoya, Jakarta Barat sejak dua bulan lalu melayani bayi tabung. Dari 20 pasien pertama, tujuh orang sudah berhasil hamil.
Selain untuk bayi tabung, nantinya klinik ini diharapkan menjadi pusat training untuk dokter-dokter lokal. Sehingga dari 27 klinik di 9 propinsi, setidaknya jumlahnya bisa terus bertambah dan merata. "Kami berharap dapat menolong pasangan yang mendambakan buah hati dengan biaya terjangka," ujar Direktur Daya Medika,perusahaan yang menaungi klinik dr.Sander B, dr Hasan dalam kesempatan yang sama.
Budi yang juga Sekretaris Jenderal Perkumpulan Fertilisasi in Vitro Indonesia ini mengharapkan dengan biaya terjangkau banyak pasien yang menjalankan program di dalam negeri. Di kawasan Asia Tenggara, dengan penduduk terbesar ternyata angka kepesertaan bayi tabung terendah. Bahkan dibandingkan Vietnam yang mencapai 15 ribu program setahun, Indonesia hanya 5 ribu.
Vietnam baru saja memiliki bayi tabung pertama tahun 1999. "Itu pun belajar dari Indonesia," kata Konsultan Kesuburan dari Klinik Yasmin RSCM Kencana ini. Indonesia yang memiliki bayi tabung sejak 1988, kini justru mengirim dokternya ke Vietnam untuk belajar bayi tabung. Biayanya sekitar US$ 1500-2000 satu kali pelatihan. (baca : Teknologi Baru Bayi Tabung Hadir di Indonesia)
Berangkat dari idealisme tersebut, Budi mengatakan :"Kami tidak ingin dijajah oleh orang asing." Maka klinik dr. Sander B, Kedoya, Jakarta Barat sejak dua bulan lalu melayani bayi tabung. Dari 20 pasien pertama, tujuh orang sudah berhasil hamil.
Selain untuk bayi tabung, nantinya klinik ini diharapkan menjadi pusat training untuk dokter-dokter lokal. Sehingga dari 27 klinik di 9 propinsi, setidaknya jumlahnya bisa terus bertambah dan merata. "Kami berharap dapat menolong pasangan yang mendambakan buah hati dengan biaya terjangka," ujar Direktur Daya Medika,perusahaan yang menaungi klinik dr.Sander B, dr Hasan dalam kesempatan yang sama.
No comments:
Post a Comment