December 29, 2014

Berani Menikah dan Belajar -- canunfufu

jgn pny ank dulu klo blm siap, ndak nanti apapun demi anak, bukn demi pernikahan itu ato diri sdri


Memang betul, perceraian akan berdampak secara psikologis kepada anak. Itu memang betul, sudah banyak penelitiannya...

Namun, apakah pernikahan sekedar bertahan demi anak, sama sekali tidak berdampak psikologis bagi anak?


Apa yang dirasakan anak, jika ayah ibunya selalu perang dingin, memandang satu sama lain penuh curiga?

Apa yang dirasakan anak, jika ayah ibu selalu perang mulut, keluar caci maki, kebun binatang, bahkan sampai melihat kekerasan bersifat fisik?

Apa yang dirasakan anak, jika ibu yang sudah belajar parenting menyuruh untuk tidak boleh main games, sedang pada saat bersamaan, ayah membolehkan?

Apa yang dirasakan anak jika ibu curhat kekesalannya tentang ayahnya kepada dirinya, atau sebaliknya?

Apa yang terjadi jika anak mengetahui bahwa ayah/ibunya yang begitu disayanginya, ketahuan memiliki orang ketiga?

Sehari dua hari, mungkin tidak terlalu terasa...
Namun, jika terjadi bertahun-tahun, bagaimana rasanya? Betahkah anak di rumah?

Jikalau anak sudah tidak betah di rumah, maka tak heran ia bisa 'berlari' ke manapun. Mulai dari pasang knalpot racing, rokok, seks bebas, dan bahkan narkoba.

Tidak percaya? Periksalah kepada anak-anak di seluruh dunia.
Anak yang bermasalah, entah itu di sekolah atau lingkungan, terlahir dari pernikahan yang bermasalah.
Sebaliknya, anak-anak yang hebat terlahir dari keluarga yang hebat.
dan keluarga hebat bermula dari pernikahan harmonis...

Maka, seberapa berharga pernikahan ini dipertahankan, bahkan diperjuangkan untuk harmonis?

Ah, tentu saja masing-masing orang berbeda-beda jawabannya...

Namun ingatlah,
keharmonisan pernikahan Anda adalah warisan terindah bagi masa depan anak Anda...

Selamat memperjuangkan keharmonisan keluarga Anda

Romantic Couple
@canunkamil & @fufuelmart
suamiku yg pny toleransi tinggi, kalo aku tu udh dr 10 thun yg lalu mmg agak sulit diatur


'Sudah tidak ada lagi kecocokan antara saya dan pasangan'.


Begitulah ucap banyak orang yang datang pada kami, berkonsultasi untuk mengakhiri pernikahannya.


Padahal, semenjak akad nikah, suami dan istri memang orang yang sama sekali berbeda, beda isi kepala, beda kepribadian, beda tingkah laku, beda kebiasaan, serta begitu banyak perbedaan yang sesungguhnya tidak cocok satu sama lain...




Ya, karena perbedaan isi kepala, tentu hanya ada satu cara mendapatkan pasangan yang bisa mengerti diri kita 100 %, yaitu : MENIKAH sama DIRI SENDIRI. Semoga selalu ada kecocokan di dalamnya, namun tentu saja itu tidak mungkin...




Lantas, mengapa ada pernikahan yang begitu harmonis, dua orang yang berbeda isi kepala namun saling memahami satu sama lain? Ternyata kuncinya, ada pada bagaimana cara suami dan istri me-MANAGE KETIDAKCOCOKAN tersebut sehingga mampu untuk saling melengkapi satu sama lain...


Manage ketidakcocokan, raih bahagianya pernikahan


Romantic Couple

@canunkamil & @fufuelmart












aamiin


Pernikahan harmonis bukanlah pernikahan yang tiada konflik sama sekali, namun pernikahan yang saat berkonflik, langsung diselesaikan saat itu juga secara dewasa oleh kedua belah pihak...



Sedang pernikahan yang terlihat harmonis adalah pernikahan yang terlihat tiada konflik sama sekali, namun sesungguhnya setiap hari berkonflik, namun konfliknya didiamkan, tidak diselesaikan, dipendam dalam dada, dan bertindak seolah-olah tidak ada konflik. Tindakan seperti ini sama saja bagai mengaktifkan bom waktu, yang bisa meledak setahun, 5 tahun, 10 tahun bahkan 15 tahun kemudian.


Mari, ciptakan pernikahan yang betul-betul harmonis, dan raih gapainya surga dalam rumah Anda


Romantic Couple

@canunkamil & @fufuelmart




Sempurnakan Cinta Anda

Begitu banyak pernikahan baik-baik, suami baik istri baik, saling mencintai satu sama lain, namun seringkali (tak sengaja) saling menyakiti...


Mengapa bisa terjadi?

Lihatlah bahwa...

Begitu banyak istri yang baik-baik…
Namun menceramahi atau mencereweti suami saat lelah pulang kerja…
Maksudnya sih baik, untuk menjadikan suami sebagai tempat curhat…
Menjadikan suami sebagai tempat terpercaya ia mengeluarkan isi hati…
Namun, ia tak tahu bahwa ‘istirahatnya’ suami adalah ‘ditinggalkan sendirian’ dulu sejenak…
Akibatnya, timbul keretakan dalam pernikahan…
Jika terjadi berhari-hari selama bertahun-tahun?
Hmmm...
Menjadi istri yang baik saja TIDAK CUKUP

Begitu banyak suami yang baik-baik…
Ketika istrinya marah akibat kesalahannya, lalu berteriak ‘JAHAT! Tinggalin aku sendiri!!!’, maka sang suami betul-betul meninggalkannya…
Maksudnya sih baik, untuk memberikan istri waktu luang agar bisa menenangkan diri…
Namun ia tak tahu bahwa sebetulnya itu adalah isyarat dari istri, ‘apakah suamiku akan memperjuangkanku lebih lagi?’…
bahwaa ketika istri bermasalah, cara mendamaikannya adalah merayunya terus menerus, bukan meninggalkannya…
Akibatnya, timbul keretakan dalam pernikahan…
Jika terjadi berhari-hari selama bertahun-tahun?
Hmmm….
Menjadi suami yang baik saja TIDAK CUKUP

Begitu banyak suami yang baik-baik…
Pergi pagi pulang petang mencari nafkah…
demi anak istri tercinta….
Karier melesat gaji meningkat, menghabiskan waktu berjam-jam di luar….
Merasa sudah berjuang demi keluarga…
Merasa sudah melakukan yang terbaik demi keluarga…
Merasa sudah memenuhi SEGALA kebutuhan anak istri…
Padahal tanpa sadar, ia lupa bahwa anak istrinya adalah manusia…
yang tak hanya memiliki kebutuhan materi, namun juga kebutuhan EMOSI…
Karena tidak tahu, karena tidak sadar, menyusuplah seseorang ‘dari luar sana’…
yang menawarkan bahwa pemenuhan kebutuhan emosi anak istrinya bisa dipenuhi olehnya….
Jika orang ini adalah lawan jenis, apa yang terjadi?
Hmm…
Menjadi suami yang baik saja TIDAK CUKUP

Begitu banyak istri yang baik-baik…
Ketika ada masalah, justru ditekan…
Ketika ada rasa tidak nyaman, justru dipendam…
Maksudnya sih baik, agar suami tidak terganggu…
Namun, ia tidak tahu…
Bahwa emosi layaknya per, jika ditekan terus menerus, lama-lama…..?
Itulah yang sering terjadi pada orang yang ‘diam’, orang yang ‘kalem’…
yang akan ada masa dimana ia akan ‘meledak’
Jika istri yang baik ini selalu ada gejala ‘meledak’ tiap 3 bulan, apa yang terjadi?
Hmmm…
menjadi istri yang baik saja TIDAK CUKUP

Banyak suami baik, banyak istri baik…
sekilas terlihat dari luar, baik-baik saja hubungannya…
Namun beritanya sering mengagetkan,
kok tiba-tiba cerai?
kok tiba-tiba pisah rumah?
yang bisa kita lihat hanya yang ‘tiba-tiba’…
tapi kita tak tahu, apakah pernikahannya ‘terlihat harmonis’ atau ‘BETUL-BETUL HARMONIS’

untuk menjemput pernikahan harmonis, ternyata menjadi baik saja TIDAK CUKUP
‘Ah kalau gitu mending jadi orang jahat saja’. Bukan! Bukan itu…
Menjadi orang baik, adalah modal dasar yang sangat dibutuhkan untuk menjemput pernikahan harmonis…
Namun TIDAK CUKUP…
Menjemput pernikahan harmonis perlu disempurnakan dengan ILMU…

Menjadi orang baik sekedar bermodal ASUMSI, hanya akan membuat prasangka dalam diri bertumbuh begitu subur...

Menjadi orang baik tanpa ilmu, hanya akan membuat lelah ‘menjadi orang baik’ karena tidak tahu caranya…
Tidak tahu bagaimana mengelola emosi dan mengeskpresikannya pada waktu dan tempat yang tepat…
Tidak tahu bagaimana cara menyampaikan ‘nasihat’ tanpa penolakan dari pasangan…
Tidak tahu bagaimana cara meng-install akhlak kepada anak istri…
Tidak tahu bagaimana bentuk bahasa cintanya…
Semuanya hanya akan membuat sang orang baik menjadi LELAH untuk menjadi baik..

Maka, menjemput pernikahan harmonis, cukupkah hanya menjadi orang baik saja?
Ternyata TIDAK CUKUP. Perlu anda sempurnakan sengan perbekalan ILMU & SKILL pernikahan yang memadai

Maka, sempurnakanlah cinta Anda...
Sempurnakanlah pernikahan Anda dengan ilmu

Selamat menjemput keharmonisan keluarga anda

Romantic Couple
@canunkamil & @fufuelmart

No comments:

Post a Comment