Sesungguhnya kelahiran anak pertama dapat menjadi pemicu krisis dalam pernikahan.
- Kebanyakan orang akan setuju bahwa mempunyai anak adalah salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidup ini. Namun, sepasang suami istri yang baru menikah juga tahu bahwa seorang anak dapat mengubah pernikahan mereka dengan cara yang tak terduga. Misalnya, seorang ibu yang baru melahirkan mungkin terlalu memusatkan perhatian kepada bayinya. Dia sendiri mungkin heran melihat reaksi tubuh dan perasaannya setiap kali mendengar bayinya merengek. Sementara si ayah mungkin takjub melihat ikatan yang tumbuh antara istri dan bayinya, tetapi dia juga khawatir karena tiba-tiba dia merasa terkucil.Sesungguhnya kelahiran anak pertama dapat menjadi pemicu krisis dalam pernikahan. Ketidakmatangan emosi seseorang dan masalah yang belum terselesaikan di antara pasangan itu dapat timbul ke permukaan. Masalah itu akan kian meruncing dengan stres yang dihadapi sebagai orang tua yang belum berpengalaman. Bagaimana pasutri dapat menyesuaikan diri dengan kesibukan bulan-bulan pertama ketika bayinya menyita seluruh perhatiannya? Apa yang dapat dilakukan pasutri untuk mempertahankan kemesraan di antara mereka? Bagaimana mereka dapat mengatasi perbedaan pendapat dalam pengasuhan anak? Marilah kita telaah setiap tantangan itu dan bagaimana cara mengatasinya.
Tantangan 1 - Hidup tiba-tiba berkisar sekitar bayi
Bayi menyita seluruh waktu dan perhatian ibunya. Si ibu mungkin merasakan kepuasan emosional dalam mengurus bayinya. Sementara itu suaminya mungkin merasa ditelantarkan. Seorang suami berkata, "Perhatian istri saya beralih total dari saya ke bayi kami. Perubahan itu sangat sulit untuk saya terima. Sebelum itu kami cuma berdua, lalu tiba-tiba hanya ada istri saya dan bayinya." Suami yang bijak akan membuktikan cintanya dengan belajar tentang dampak melahirkan anak terhadap jasmani dan mental seorang wanita. Dengan demikian dia akan memahami mengapa suasana hati istrinya gampang berubah. Walaupun awalnya hal ini sulit bagi sang suami tetapi lambat laun dia akan menyadari bahwa rasa frustrasi istrinya bukan ditujukan kepada dia, melainkan kepada suasana penuh stres yang baru pertama kalinya dia hadapi. Sementara itu istri yang bijak akan berusaha melibatkan suaminya dalam mengurus bayi mereka. Dia akan menahan dirinya untuk tidak mengecam cara suaminya mengganti popok atau mengisi botol susu. Jangan memperbaiki apa yang sudah dilakukannya, tetapi pujilah apa yang dilakukannya dengan benar. Dengan begitu suami akan merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk mengurus bayinya.Tantangan 2 - Kemesraan sebagai pasutri pudar
Banyak pasutri yang kurang mesra lagi karena dilanda kelelahan akibat kurang tidur dan kerepotan mengurus bayi pertama. Banyak istri yang terlalu mencurahkan perhatian kepada perannya sebagai seorang ibu sehingga melalaikan perannya sebagai istri. Sebaliknya banyak suami yang tidak menyadari bahwa kehamilan telah menguras tenaga dan emosi istrinya. Bayi pertama dapat menghabiskan waktu dan tenaga yang semula digunakan untuk menjalin kemesraan antara suami istri. Janganlah membiarkan bayi menjadi pemutus hubungan pasutri. Seorang istri mungkin merasa tubuhnya tidak lagi menarik seperti sebelum melahirkan, karena itu suami perlu menunjukkan kasihnya. Sebaliknya istri juga perlu merawat dirinya dan mencurahkan perhatian kepada suaminya walau hanya beberapa saat setiap hari.Tantangan 3 - Perbedaan dalam mengasuh anak
Sepasang suami istri yang berbeda latar belakangnya mungkin akan berselisih pendapat dalam mengasuh anak. Si istri mungkin menganggap suaminya terlalu keras terhadap anak mereka, sedangkan si suami merasa istrinya terlalu memanjakan anak. Hal ini dapat diatasi dengan membicarakannya sebelum si anak lahir supaya perselisihan tidak timbul dalam suasana yang penuh stres karena kelahiran bayi mereka. Tentukan apakah mereka akan menggendong bayi mereka begitu dia menangis di ranjang atau membiarkannya sejenak supaya tahu bahwa orang tuanya tidak akan selalu datang bila dia merengek. Berembuklah tentang bagaimana mereka dapat mengajar bayi mereka disiplin dalam hal makan dan tidur. Tidak semua pasutri memiliki cara yang sama dalam pengasuhan anak. Mereka dapat menyaring dari pengalaman mereka hidup bersama orang tua mereka, mengikuti cara mendidik yang baik dan membuang yang buruk.Mengasuh anak dapat mengubah kehidupan pernikahan selamanya. Seperti pemain sepatu roda yang perlu belajar menjaga keseimbangannya sebelum menjadi mahir, begitu pula orang tua yang belum berpengalaman perlu menyesuaikan diri dalam cara pengasuhan anak. Tugas ini menguji tekad pasutri terhadap pernikahan mereka, namun juga akan mengasah mereka menjadi orang yang lebih baik karena sebagai orang tua, mereka akan mengurangi sifat egois dan memperbesar rasa kasih sayang mereka.
No comments:
Post a Comment