kan Kemampuan Anda Dalam Mengurus Suami
Anda harus sadar bahwa saat ini menyandang peran sebagai istri. Tunjukkan perhatian dan berikan pelayanan terbaik untuk suami. Dimulai dari yang kecil, menyiapkan makanan untuknya atau merapikan baju-bajunya.
3. Menyesuaikan Diri
Di minggu pertama, Anda memang perlu banyak menyesuaikan diri. Meski pacaran cukup lama, namun mungkin ada sikapnya yang selama ini tidak pernah Anda ketahui. Anda pun perlu menyesuaikan diri dengan mertua dan keluarganya. Di awal pernikahan, tidak jarang akan menemui konflik dengan pasangan. Tapi hal tersebut wajar. Kuncinya adalah komunikasikan dengan baik.
4. Rencana Keuangan
Banyak pasangan baru berpikir bahwa perencanaan keuangan tidak begitu penting di awal pernikahan, apalagi belum memiliki momongan. Padahal keuangan harus direncanakan sejak awal, bukan baru setelah memiliki anak. Buat perincian target Anda dalam waktu dekat dan panjang, misalnya target membeli rumah atau kendaraan sendiri.
5. Mengunjungi Orangtua dan Mertua
Setelah menikah, mungkin Anda sudah benar-benar pisah dari orangtua, namun bukan berarti Anda melupakannya begitu saja. Sebagai pasangan baru, sebaiknya kunjungi rumah orangtua dan mertua. Ini cara untuk saling mendekatkan diri, Anda dekat dengan keluarga pasangan, begitupula sebaliknya. Tentu Anda tidak ingin menjadi bahan perbincangan karena dicap sebagai menantu yang sombong, kan?
bahaya ini, suami tanpa anak lebih bahagia dibanding suami yg memiliki anak.......masalahnya ditanggungjawab seumur hidup itu siyyy
Momen Paling Bahagia dalam Hidup: Menikah dan Kelahiran Anak Pertama
Apa momen terbaik Anda seumur hidup? Memiliki karier yang bagus, memiliki pasangan, atau dapat traveling ke tempat-tempat menarik? Jika Anda belum merasa bahagia sampai saat ini, mungkin perlu menunggu sampai menikah, melahirkan anak pertama dan melihat cucu Anda lahir.
Sebuah survei terbaru menyebutkan momen terbaik dan paling membahagiakan dalam hidup manusia adalah di hari pernikahannya, kelahiran anak pertama dan menyaksikan sendiri saat cucu pertama lahir.
Survei ini dilakukan terhadap 1.000 orang berusia 70 tahunan di Inggris. Seperti yang diungkap polling dari perusahaan asuransi, Beagle Street, memiliki keterikatan dengan orang-orang tersayang, dampaknya akan lebih besar dibanding sekadar material.
Diungkap pula, kaum pria akan lebih bahagia di usia 40 sementara wanita saat usianya menginjak 38 tahun, ketika mereka memiliki teman-teman dan keluarga di sekelilingnya.
Lebih dari setengah responden mengungkapkan tak ada penyesalan dari hidup mereka kini. Hanya ada sedikit rasa sesal ketika menyangkut karier dan tidak mengejar mimpi. 2 dari 10 orang merasa menyesal dengan keputusan cerai dan juga menikah terlalu cepat.
"Dari mereka yang telah merasakan pengalaman hidup yang panjang, yaitu kunci kebahagiaan adalah tak terlalu khawatir akan banyak hal dan jalanilah setiap momen dengan orang-orang yang tersayang," Matthew Gledhill, managing director dari Beagle Street.
Kehadiran anak memang memiliki dampak besar bagi kehidupan pasangan suami istri. Berdasarkan survei lainnya yang diadakan oleh Open University, Kelompok paling bahagia justru mereka yang berstatus sebagai ibu. Sedangkan wanita tanpa anak tidak lebih bahagia dibandingkan para ibu. Sebaliknya, pria yang punya anak justru kurang bahagia ketimbang mereka yang tidak punya buah hati.
Hasil lainnya yang juga terungkap dari riset ini adalah resep agar pasangan menikah bisa awet selamanya. Resep tersebut ternyata sederhana saja. Sebagian besar responden menyebut salah satu elemen terpenting dalam sebuah hubungan adalah ketika mereka mendengar kata 'terimakasih'.
Riset yang dipresentasikan di British Library itu juga mengungkapkan satu fakta lain yaitu soal bagaimana mereka yang pernah bercerai lebih berusaha menjaga hubungan baru mereka. Dibandingkan mereka yang belum pernah bercerai, orang-orang dengan masa lalu pernikahan gagal ini lebih mau berusaha mempertahankan rumah tangganya yang baru.
"Ini menunjukkan mereka belajar sesuatu dari kegagalan itu, sehingga itu bisa menjadi pengalaman yang memperkaya," ujar Dr Jacqui Gabb, dosen senior bidang kebijakan sosial di Open University yang menjadi pimpinan riset.
Sebuah survei terbaru menyebutkan momen terbaik dan paling membahagiakan dalam hidup manusia adalah di hari pernikahannya, kelahiran anak pertama dan menyaksikan sendiri saat cucu pertama lahir.
Survei ini dilakukan terhadap 1.000 orang berusia 70 tahunan di Inggris. Seperti yang diungkap polling dari perusahaan asuransi, Beagle Street, memiliki keterikatan dengan orang-orang tersayang, dampaknya akan lebih besar dibanding sekadar material.
Diungkap pula, kaum pria akan lebih bahagia di usia 40 sementara wanita saat usianya menginjak 38 tahun, ketika mereka memiliki teman-teman dan keluarga di sekelilingnya.
Lebih dari setengah responden mengungkapkan tak ada penyesalan dari hidup mereka kini. Hanya ada sedikit rasa sesal ketika menyangkut karier dan tidak mengejar mimpi. 2 dari 10 orang merasa menyesal dengan keputusan cerai dan juga menikah terlalu cepat.
"Dari mereka yang telah merasakan pengalaman hidup yang panjang, yaitu kunci kebahagiaan adalah tak terlalu khawatir akan banyak hal dan jalanilah setiap momen dengan orang-orang yang tersayang," Matthew Gledhill, managing director dari Beagle Street.
Kehadiran anak memang memiliki dampak besar bagi kehidupan pasangan suami istri. Berdasarkan survei lainnya yang diadakan oleh Open University, Kelompok paling bahagia justru mereka yang berstatus sebagai ibu. Sedangkan wanita tanpa anak tidak lebih bahagia dibandingkan para ibu. Sebaliknya, pria yang punya anak justru kurang bahagia ketimbang mereka yang tidak punya buah hati.
Hasil lainnya yang juga terungkap dari riset ini adalah resep agar pasangan menikah bisa awet selamanya. Resep tersebut ternyata sederhana saja. Sebagian besar responden menyebut salah satu elemen terpenting dalam sebuah hubungan adalah ketika mereka mendengar kata 'terimakasih'.
Riset yang dipresentasikan di British Library itu juga mengungkapkan satu fakta lain yaitu soal bagaimana mereka yang pernah bercerai lebih berusaha menjaga hubungan baru mereka. Dibandingkan mereka yang belum pernah bercerai, orang-orang dengan masa lalu pernikahan gagal ini lebih mau berusaha mempertahankan rumah tangganya yang baru.
"Ini menunjukkan mereka belajar sesuatu dari kegagalan itu, sehingga itu bisa menjadi pengalaman yang memperkaya," ujar Dr Jacqui Gabb, dosen senior bidang kebijakan sosial di Open University yang menjadi pimpinan riset.
No comments:
Post a Comment