October 08, 2014

Kendalikan emosi Anda, raih surga dalam keluarga Anda

ini cerita dari mbak mas motivator keluarga -- yang menitikberatkan pada komitmen, komunikasi, cinta dalam membangun keluarga -- percaya deh tiap hari tu pasti gigit gigitan, jika tidak ingat komitmen, wuiwww bisa kacau, balik lagi pada komitmen dalam menyelesaikan segala sesuatunya - 131014 jam 2:58 pm

Sudah dari jauh hari, suami mengidamkan untuk bermain futsal dengan rekan kerjanya, karena kesibukan kerja yang padat merayap. Pada akhirnya, didapatlah waktu janjian bersama rekan-rekannya untuk bermain. 'Sabtu depan. YES!! Futsal juga', tutur sang suami.

waktu pun berlalu dengan ketenangan, jadwal pun sudah diridhai oleh sang istri dari jauh hari. Namun, istrinya yang sedang hamil besar, pada sabtu pagi merengek bagai anak kecil, ingin nonton bareng di jadwal futsalnya sang suami! Tentulah sang suami gondok luar biasa. Namun, karena rasa sayang pada sang istri, akhirnya sang suami memilih untuk MENGALAH. Ya, sang suami memilih untuk menturuti apa maunya sang istri...

Namun apa yang terjadi gerangan?

'Ah, dasar ni istri gak bisa ngerti aku apa?'
'Ah, dasar ni istri egois banget sih!'
'Ah, dasar ni istri gak bisa banget sih ngasih aku waktu istirahat!'
dan bermacam omelan lainnya beterbangan di kepalanya. Bisa ditebak, wajah cemberut seperti apa yang terbentuk pada wajah suami, saat menyetir, jalan-jalan di dalam mall, saat makan bersama, dan saat nonton.

Suasana? Tentu suram. Romantis? Enjoy? Hmmm, rasanya jauuuuh. Meskipun sang suami 'rela' mengorbankan kesenangan pribadinya demi sang istri, namun kesebalannya dan kegeramannya masih 'terbawa'. Inilah yang biasanya terjadi jika MENGALAH...

Namun, akan berbeda jika sang suami memilih untuk MENGERTI istrinya, 'Sebegitu diperlukankah diriku? Kalau bukan aku yg menemaninya nonton, masa harus mantannya yang menemani?', begitu kuranglebih self-talknya. Ada perbedaan nuansa kan dengan self-talk mengeluh2 di atas?

Tentu saja, bukan bermaksud dan bukan berarti di kondisi ini yang benar adalah suami harus turuti 100 % keinginan istri, atau kebalikannya. Namun, seberapa sering hubungan pernikahan terluka 'hanya' karena suami, istri, atau keduanya saling mengalah satu sama lain? Dan seberapa sering hubungan pernikahan menjadi indah hanya karena suami, istri, atau keduanya saling mengerti satu sama lain?

Gantilah kata 'MENGALAH' jadi 'MENGERTI'. Mengalah seringkali karena diikhlas-ikhlaskan, tapi masih menyimpan omelan dalam dada. Sedang mengerti, dimulai dari ikhlas betulan, berusaha mencari tahu mengapa pasangan bertindak 'seperti itu', apa kebutuhan pasangan yang belum terpenuhi sehingga ia meminta request seperti itu...

Pernikahan harmonis bukan diisi oleh suami istri yang saling mengalah, pun bukan diisi oleh suami istri yang saling menuntut minta dimengerti, namun pernikahan harmonis diisi oleh suami istri yang saling mengerti satu sama lain

Mari kita siapkan skill untuk bisa menghadapi konflik rumahtangga, sebelum semuanya terlambat

No comments:

Post a Comment