October 26, 2014

Anak Anak Sukses

kalo sukses sekolah, aku nyontoh ibuku, ibuku cuma jelas 2 SD tapi anak sudah 2 sarjana, tergntung purpose hidup saja



KALO KITA ORANG SUSAH SIH MANA MUNGKIN BISA MELAHIRKAN ANAK-ANAK SUKSES,
begitu ucap seorang ibu di kolom komen di salah satu status fb ini;

BENARKAH ??


Selain pengalaman dari hidup saya sendiri dulu waktu masih kecil hingga kuliah, ternyata hingga saat inipun masih terus kita temui bukti-bukti pelajaran dari Tuhan bahwa siapapun bisa melahirkan anak-anak sukses terlepas apakah dia anak orang kaya atau miskin dan apakah dia anak yg tinggal di kota besar atau di desa pelosok terpencil.

Karena sukses tidak tergantung pada apakah kita anak orang kaya atau anak orang susah. Sukses atau gagal itu tergantung apakah kita Rajin atau Malas, Bertekat kuat atau cepat putus asa, Banyak berusaha atau banyak alasan.......

Perhatikanlah diri kita baik-baik, apakah kita termasuk orang tua yang banyak berusaha atau banyak beralasan.

Ya terus beralasan bahwa kemiskinan yang dialaminya saat ini atau orang tuaya dulu lah yang menjadi penyebab kegagalan kita saat ini.

SATU LAGI SEBUAH KISAH, REKAN DARI ANAK SEORANG TUKANG BECAK YANG MENDAPAT BEASISWA DI LONDON, INGGRIS berbagi cerita untuk bangsa.

Sahring from ananda Fissilmi Hamida:

Saya anak seorang petani, berasal dari kampung kecil, jauh sekali dari perkotaan. Letaknya di lereng gunung sumbing. Pendidikan disana memang dulu rendah sekali. Perempuan selepas SD akan dinikahkan. Kalau tidak, akan merantau jd pembantu / babysitter. Yg laki-laki, mentok sampai SMP, lalu merantau jd kuli bangunan.

Alhamdulillaah, saya memiliki orang tua yg sangat mendukung
pendidikan, dan rela memperjuangkan apapun agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi. Sekarang sudah banyak anak-anak kampung saya yg sekolah sampai SMA

Putri tukang becak yg diceritakan di link ini: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=732852396785864&id=141694892568287

namanya Raeni (yg pakai jilbab merah). Ini foto saya dan dia di Seleksi Tahap Akhir beasiswa yang sudah selesai beberapa waktu lalu. InsyaaAllah tahun depan kami berdua akan melanjutkan di negeri yang sama tapi beda universitas dan kota. Mohon doanya semoga dipermudah segala prosesnya

Benar, keterbatasan biaya bukanlah halangan.

Sekedar sharing, Jaman SD, saya harus berangkat sekolah pukul 05.30 WIB, lalu berjalan selama 1 jam lebih melalui jalan setapak, pematang sawah, dan menyeberangi sungai dengan jembatan yg hanya terdiri dari dua bambu yg dijejer.

Kuliah? Saya ingat betul. Th 2008, bagian keuangan mengatakan : 'KALAU NGGAK PUNYA DUIT NGGAK USAH KULIAH!', saat saya meminta perpanjangan untuk membayar SPP krn belum punya uang.

Akhirnya teman-teman saya meminjami uang. Saya bekerja menerjemahkan teks dan film ber-bahasa Inggris untuk menyambung hidup saya ketika kuliah dgn uang saku hanya 300 ribu / bulan.

Aih, saya jd ingat, pernah hanya ada uang 1.500 rupiah di tangan. Bingung mau makan apa, akhirnya jantung pisang di kebun belakang kontrakan dimasak dengan bumbu ala kadarnya

Dengan bersusah payah, dgn beasiswa prestasi dari DIPA, saya berhasil menyelesaikan kuliah saya. saya lulus kurang dr 4 th dgn predikat cumlaude.

Sejujurnya, motivasi saya untuk cepat lulus adalah ternyata lelah sekali kuliah sambil bekerja. Apalagi harus curi-curi waktu untuk menyelesaikan skripsi

Memang penuh perjuangan, namun dengan ijinNya, pada akhirnya perjuangan akan berbuah manis Bangga mengenalmu, Raeni

‪#‎Tetap‬ berusaha dan berdoa. Semoga menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi semua

Doa kami dan kita semua untuk ananda berdua semoga diberikan kekuatan untuk menyelesaikan studinya dan menjadi teladan bagi bangsa dan kebanggan bagi orang tua dan kampung halaman tercinta.

www.ayahkita.com

2 comments: