February 01, 2015

Ini Beda antara Sekolah dan Belajar copas kompas

Ryan Filbert
                                 @RyanFilbert

KOMPAS.com - Saya juga sama seperti manusia lainnya, menikah dan bersyukur bahwa di usia pernikahan saya yang menginjak empat tahun, saya dikaruniai seorang anak perempuan cantik yang amat kami cintai dan sayangi.

Saat ini, usia anak saya hampir menginjak dua tahun. Tanpa terasa saya melihatnya bertumbuh, berkembang, dan mengalami sebuah hal penting yang disebut belajar. Ada beberapa hal yang saya ingat dengan baik, di antaranya adalah bagaimana anak saya mulai belajar berjalan.

Dimulai dari merangkak, lalu berdiri, kemudian yang dikenal dengan merambat, lalu berjalan terhuyung-huyung dan terjatuh kembali. Sebagai orangtua, inilah momen terbaik. Ketika melihat anak saya terjatuh, saya selalu mengatakan, “Ayo bangkit lagi, tidak apa-apa, belajar memang perlu perjuangan!”

Ya, terdengar aneh karena saya mengatakannya kepada seorang anak berusia satu tahun, tapi itulah yang saya katakan. Saya ingin alam bawah sadarnya merekam bahwa saya adalah orangtua yang mendukungnya ketika terjatuh.

Menariknya, ketika semakin besar dan usianya hampir menginjak dua tahun, ketika terjatuh cukup keras bahkan terluka, sambil menangis putri kecil saya mengatakan, “Tidak apa-apa.”
Hidup akan penuh dengan jatuh dan bangun. Entah sampai kapan seseorang akan menemui kejatuhan dan kegagalan, tapi hanya satu resep kesuksesan sejati, yaitu bangkit ketika jatuh dan terpuruk.

Dan hal menarik lain dalam pembelajaran putri saya adalah ketika ia memasukkan uang logam ke celengan. Di usianya yang pertama, sering kali ia memegang uang logam dan kesulitan memasukkannya ke lubang celengan. Apa yang ingin saya ajarkan adalah level dasar mengenai perlunya menyimpan uang, yang tentunya di kemudian hari ‘dosisnya' akan saya gandakan, menjadi menghimpun aset, bukan lagi menabung.

Terjadi kesulitan berkali-kali setidaknya, sampai separuh celengan terisi, dengan setiap harinya saya membantu tangan kecilnya untuk memasukkan uang logam. Namun beberapa bulan lalu, dengan posisi tangan seperti apa pun, putri kecil saya mampu memasukkan uang logam dengan mudah sendiri.

Ada beberapa hal menarik yang bisa saya bagikan, di mana nilai-nilai kehidupan sebenarnya dipelajari bukan dari saat seseorang itu menjadi lebih besar, namun jauh-jauh hari sebelumnya.
Dalam mendidik anak, bukan hanya anak tersebut saja yang dituntut untuk bisa belajar, namun kita sebagai orangtua dan mungkin keluarga lainnya, maukah belajar? 

Karena sebenarnya, banyak hal yang orangtua ajarkan kepada anak-anaknya dengan kurang tepat. Ya kurang tepat menurut saya. Apa saja?

1.    Menertawai hal salah
Saya kadang sangat kesal dengan orangtua di sekitar anak saya yang senang menertawai kesalahan putri saya. Misalkan dia belajar mengeja sesuatu yang salah, lalu ditertawai. Secara alamiah, otak primitif kita akan mengasumsikan bahwa hal yang ditertawai adalah sebuah hal baik, menarik, lucu, dan untuk dipraktikkan ulang. Nyatanya tidak!

2.    Komunikasi yang salah
Anak kecil belajar dengan cepat dan menyerap dari lingkungan di sekitarnya. Bagaimana Anda sebagai orangtua berkomunikasi akan diduplikasi. Ingat, versi saya DIDUPLIKASI alias ditiru. Jadi bila Anda berbicara dengan kasar kepada orang lain di rumah Anda, dan sering terjadi percekcokan mulut, hal ini akan membuat anak kita menjadi anak yang kasar dan mungkin justru akan meniru cara Anda menyelesaikan percekcokkan tersebut. Apakah dengan menampar? 
Apakah berakhir dengan salah satu harus membentak? Apakah berakhir dengan menangis? Atau selesai dengan salah satunya bergaya acuh serta bernyanyi keras-keras?

3.    Melarang dan melarang 
Memang saya yakini bahwa ini sebuah hal sulit, apalagi bila Anda terbiasa dengan kata-kata jangan. Jangankan anak Anda, kita sendiri pun tidak pernah mengenal kata jangan. Apalagi anak Anda. 

Anda tidak percaya? Saya mohon pada Anda jangan melanjutkan membaca tulisan ini. Jangan melanjutkan! Ini perintah! Jangan lanjutkan! Ya, otak kita tidak mengenal kata jangan. Artinya, mari kita berupaya mengganti kata-kata jangan.

Dan masih banyak lagi hal kecil yang berdampak besar bagi anak Anda. Saya berusaha untuk belajar terus bagaimana menjadi orangtua yang baik, agar anak saya juga belajar yang benar untuk kehidupannya.

Namun, bicara mengenai pendidikan sekolah, orang di sekeliling saya mulai bertanya kepada saya, "Anak si ini mulai sekolah di usia 1,5 tahun," "Anak si itu mulai sekolah tahun ini," dan pertanyaannya adalah, "Kapan anak saya akan sekolah?"

Ini lagi-lagi akan menjadi sebuah opini. Bila memang di rumah kita tidak ada orang yang memiliki pengetahuan cukup dalam memberikan proses belajar yang diperlukan, maka pilihannya sekolah semenjak usia dini, sama seperti menitipkan anak, karena Anda mungkin tidak mengetahui bagaimana cara mendidik seorang anak.

Selain itu, sekolah merupakan hal yang baik bagi anak balita untuk belajar bergaul dan berteman. Keluar dari lingkungan Anda dan keluarga, belajar berinteraksi dan menyelesaikan perselisihan.

Namun sekolah terlalu dini untuk mengarahkan anak tersebut menjadi anak berprestasi adalah sebuah kesia-siaan menurut saya. Karena agar seorang sukses dalam kehidupan, diperlukan mental dan kegigihan, bukan hanya sekadar otak yang encer.

Percuma memiliki otak encer tapi kita menjadi seorang yang pengecut akan kegagalan. Dan di usia dini inilah Anda memiliki kesempatan untuk membentuk mental si anak.

Ada seorang rekan saya yang anak balitanya menjadi "preman" kalau ada orangtuanya. Mengapa demikian? Menurut analisis saya ada dua penyebab, pertama adalah karena anak tersebut kurang perhatian orang tuanya, atau anak tersebut terlalu dibenarkan tindakannya. Salah adalah salah, benar adalah benar. 

Ketika anak menabrak meja hingga terluka, meja yang disalahkan. Apakah meja Anda bergerak sendirinya? Bila ya, mari kita salahkan bersama-sama.

Sekolah yang baik bagi anak-anak di usia dini lebih menekankan pada pembentukan karakter, dan juga bisa turut membantu apa yang kita ajarkan di rumah, terutama perihal budi pekerti dan agama. Kedua hal itulah yang bisa membantu seseorang di tengah zaman super maju seperti saat ini, di tengah pendidikan Indonesia yang saat ini lebih mengabaikan penerapan nilai moral dan lebih mementingkan jago berhitung, maaf maksud saya jago menghafal.

Hanya sedikit dari sekian banyak siswa di sekolah yang menganggap pelajaran hitungan adalah pelajaran berhitung, dan sebagian besar menganggapnya sebagai bagian dari pelajaran menghafal rumus.

Mari kita sebagai orangtua kembali "sekolah" terlebih dahulu. Itu lebih baik daripada menyuruh anak-anak kita "sekolah" sedini-dininya.

Ada sebuah kalimat yang saya perlu bagikan kepada Anda. Ada seorang wanita mengatakan demikian, "Saya nggak perlu pusing dengan semua kata-kata ini Ryan, saya punya empat anak dan semuanya saat ini sudah menjadi dewasa dan sudah menikah."

"Dear Ibu, ini bukan masalah HASIL AKHIR, yaitu bila si ibu sudah bisa menjadikan seorang anak menjadi dewasa. Namun ini adalah masalah PROSES di tengah zaman yang semakin menuntut. Tiga puluh tahun lalu, belum ada gadget dengan layar sentuh dan segala jenis kecanggihan lainnya, dan semua hal di dunia ini akan menjadi pedang bermata dua bagi kita semua."

Salam Investasi untuk Indonesia

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Berusia 28 tahun, Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market. Ryan juga baru saja menerbitkan dua seri buku baru yang berjudul Bandarmology dan Investasi pada property Rich Investor from Growing Investment. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.
RENUNGAN: 13 PERMINTAAN ANAK
Dear Ayah Bunda,
Hukuman ataupun pujian tidak selamanya akan menjamin seorang anak selalu disiplin. Dan patuh pada peraturan yang telah ditetapkan. Menurut psikolog Laksmi Andhiyani Setiawan ada 13 Permintaan anak yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan dan harus diketahui mereka. Permintaan itu adalah
1. Cintailah aku sepenuh hatimu
2. Aku ingin jadi diri sendiri, maka hargailah aku
3. Cobalah mengerti aku dan cara belajarku
4. Jangan marahi aku di depan orang banyak
5. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau orang lain
6. Bapak ibu jangan lupa, aku adalah foto copy mu
7. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil
8. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah
9. Jangan membuat aku bingung, maka tegaslah padaku
10. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku
11. Aku adalah ladang pahala bagimu
12. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu adalah doa bagiku?
13. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan “JANGAN” tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
Mulailah berlatih menerapkan ketiga belas point diatas. Bisa mulai diterapkan untuk anak-anak kita. Karena ketiga belas point tersebut butuh pembiasaan dan pengulangan. Agar kelak jika menjadi orang tua dapat menjadi orang tua dahsyat.
Share and Like ya Ayah Bunda..smile emoticon Tag Ayah dan Bunda lainnya agar kita semua bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita.
Menjadikan Indonesia Emas diawali dengan Keluarga Emas.
==============
Supported by VITABUMIN
Dear para member, ingin mengingatkan kembali bahwa selama masa menyusui ada zat-zat obat yang tidak aman untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui. Beberapa zat obat ada yang bisa masuk ke ASi atau bisa menurunkan produksi ASI.
Itu kenapa setiap kali Anda hendak konsumsi obat pastikan bahwa obatnya aman bagi Anda yg sedang menyusui. Jika obatnya didapat dari dokter, pastikan dokter Anda tahu bahwa Anda sedang menyusui.
JIka Anda konsumsi obat bebas, harus makin berhati-hati karena ada banyak obat bebas terutama obat flu yang komposisinya bermacam macam dan TIDAK aman untuk busui. Jadi bukan hanya jenis2 antibiotik saja yang harus hati hati saat konsumsi ya, obat bebas atau over the counter medicine (OTC) juga banyak yang tidak aman untuk busui.
Itu kenapa kami punya dua dokumen grup tentang penyakit dan obat2an busui. Ada dokumen ttg penyakit ibu di sini: https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/ragam-penyakit-ibu-dan-proses-menyusui/10152828414929778.
Ada juga panduan obat2an untuk busui di link dokumen kita;https://www.facebook.com/groups/10676814777/10151986292284778/
Yang paling komprehensif adalah menggunakan database zat obat untuk busui yaitu LACTMED dimana Anda bsia memastikan keamanan zat-zat obat yg Anda konsumsi: http://toxnet.nlm.nih.gov/newtoxnet/lactmed.htm
Yuk, manfaatkan dokumen dan link di atas untuk memastikan apakah obat yg Anda konsumsi aman atau tidak. Jangan lupa selalu teliti membaca manual atau aturan pakai obat yang Anda hendak konsumsi. Baca indikasi dan kontra indikasinya. Baca aturan konsumsinya. Yang paling aman bagi busui adalah selalu konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat2an yang aman.
Jika Anda punya masalah kesehatan bawaan seperti alergi, maag, asma, atau sejenisnya konsultasi ke dokter agar punya stok atau persediaan obat yang aman jika kambuh sewaktu-waktu.
(admin, KL AIMI)
dr pengalamanku,kalo mo blnj murah di singapur tuh di chinnatown,keluar mrt udah tu pasar murah semua dibnding bugis, jakarta kalah dr hanoi, memang bener,jgn mikir negara kebijakan ekonomi aplg politik, yg penting njaga klrg dr uang haram, penyalahgunaan kekuasaan, itu lebih baik, biar masa tua bisa dipersiapkan dg baik
mempersiapkan diri, untuk prenatal diagnosis di eijkmann jakarta klo aku hamil, habis berapa duit y? plus langsung cek pemetaan genetika utk tau alel dan lokus mana aja yg termutasi
Apakah mungkin cek si janin thalasemia atau bukan dengan cek darah lengkap saja?
Yach nggak mungkin... Kenapa? Karena:
1. Sistem darah ibu itu berbeda dengan sistem darah si janin...
Jadi kalau mau cek sijanin, perlu ambil sample darah si janin
2. Oleh karena beta thalasemia itu baru bisa ditegakkan diagnosa amannya setelah usia satu tahun (kecuali kasus2 khusus) dengan cek darah lengkap, kadar zat besi, hb analisis... Bukan hanya cek darah lengkap...
Maka kalaupun bisa ambil sample darah si janin tetap belum bisa ditegakkan diagnosa beta thalasemianya dgn cara cek darah lengkap, kadar zat besi, hb analisis...
Note: Tentunya ambil sample darah si janin, nggak bisa di lab umum toh karena itu perlu alat khusus, perlu keahlian/ketrampilan khusus, bahkan nggak semua dokter kandungan yg bisa melakukannya
3. Cek thalasemia ketika masih janin, itu memungkinkan setelah dikembangkan penentuan thalasemia dengan "metoda cek genetik"...
Dengan cara ini bisa mendeteksi thalasemia ketika masih janin, tanpa perlu menunggu rata2 usia satu tahun setelah kelahiran...
4. Gambaran singkat langkah cek genetik si janin:
- Dicari kelainan genetik thalasemia yg ada pada si ayah dan si ibu... Cukup ambil sample darah seperti biasanya...
Tahap ini bisa dilakukan bahkan sebelum terjadi kehamilan... Jadi bisa dicicil laa...
- Nah saat usia kehamilan 'tertentu', diambil sample dari sijanin oleh dokter yg punya ketrampilan untuk itu...
Kemudian sample di cek (oleh laboratorium), adakah kelainan genetik si ayah dan/atau si ibu pada sijanin itu...
Jadi tak perlu dicari lagi apa kelainan genetiknya, tinggal mencocokkan saja dgn kelainan si ayah dan si ibu...
Note: Kalau saat itu baru mulai mencari kelainan genetik yg ada pada ayah dan ibunya, untuk kasus tertentu bisa lama loh proses pencariannya, kadang untuk kasus yg rumit bisa berbulan bulan lamanya...
- setelah dicocokkan, jika hanya ada satu kelainan genetik entah dari si ayah atau si ibu, maka si janin dinyatakan pembawa sifat saja...
- jika tidak ada satupun kelainan genetik siayah maupun si ibu, maka sijanin dinyatakan normal
- jika ada kedua kelainan genetik dari siayah dan siibu pada si janin, maka si janin akan dinyatakan thalasemia (mayor/intermediate)
Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan kehamilan akan dikembalikan kepada kedua ortunya...
Nah demikian sekilas penjelasan tentang "prenatal screening thalasemia"
Salam perjuangan...

Tunda Gaya Hidup Demi Biaya Kelahiran


Menyiapkan kelahiran bayi, ada 2 pos dana yang harus disiapkan: biaya kehamilan danbelanja barang-barang bayi, serta  biaya persalinan. Berikut trik dari perencana keuangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Cek fasilitas kesehatan dari kantor. Apakah kantor membayari pemeriksaan kehamilan dan persalinan? Jika ya, berapa plafonnya? Jenis kamar apa yang mendapat penggantian? Jika kantor membiayai kelas I sedangkan Anda ingin kamar VIP, artinya Anda harus membayar selisihnya. Jika kantor tidak mengganti, berarti siap-siap membayar sendiri biaya kehamilandan persalinan.

Apakah dana sudah siap? Jika harus membayar sendiri, idealnya dana sudah direncanakan sejak awal pernikahan, yaitu rencana jangka pendek “punya anak” dalam waktu 1-3 tahun, yang disimpan di tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Dianjurkan reksadana pasar uang, sebab risikonya paling rendah, target keuntungan bersaing dengan bunga deposito,  dan dananya mudah ditarik. Tabungan tidak dianjurkan sebab mudah “disabotase” alias diambil untuk kepentingan di luar biaya kehamilan dan persalinan. Sedangkan deposito dikenai biaya penalti bila dicairkan sebelum jatuh tempo. 
Saat menyiapkan dana, tetapkan standar tertinggi. Misalnya, anggarkan “bersalin secara Caesar di kamar VIP”. Tujuannya untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Jika ternyata Anda bisa bersalin normal di kamar kelas 1, masih ada dana sisa sebagai simpanan.

Jika belum menyiapkan dana sama sekali, pilihannya: adakan dana standby dengan cara menjual aset, dan dananya diinvestasikan. Cara lain, segera berhemat dan menabung. Agar uang cepat terkumpul, ubah prioritas pengeluaran bulanan. Pengeluaran bulanan terbagi 4:  
  • Investasi (tabungan dan deposito).
  • Pengeluaran rutin (makan, tagihan listrik, air, transportasi).
  • Cicilan hutang (KPR, kartu kredit).
  • Lifestyle (makan di luar, ngopi, belanja fashion).
Dalam kondisi normal, lifestyle  bisa ditoleransi hingga 20% dari penghasilan dengan syarat investasi dan cicilan tidak terganggu. Namun saat harus mengumpulkan biaya kehamilandan persalinan, kurangi anggaran lifestyle yang 20% itu, sebab biaya kehamilan dan persalinan tidak boleh mengganggu tabungan dan investasi.

Pangkas biaya lifestyle! Caranya, kurangi makan di luar, ngopi, salon, nonton, belanjafashion, rokok, internet broadband, dan hiburan lainnya. Penghematan 2 hingga 3 juta rupiah per bulan dari pos itu “menutup” biaya 1 kali periksa kehamilan, dan sisanya ditabung untuk biaya bersalin.

Menjelaskan Kematian Pada Anak

Kematian merupakan topik yang mengerikan bagi orang tua, sehingga anak-anak seringkali luput dilibatkan. Padahal, anak merasa takut dengan kematian jika tidak dijelaskan dengan benar.

Berikut berbagai tip untuk membantu anak melalui hal ini:

- Pastikan apa sebenarnya yang dirasakan anak. “Anak mungkin merasa sedih atau marah hingga mungkin saja merasa ingin tahu atau bahkan merasa senang,” kata Shannon Karl, anggota dari American Counseling Association.

- Biarkan anak tetap pada jadwal sehari-harinya. Jika segala sesuatunya berjalan sesuai rutinitas, ia akan merasa lebih nyaman.

- Persiapkan mereka: “Biarkan anak tahu secara detail bagaimana proses pemakaman akan berlangsung, berikan mereka memilih apakah ingin ikut atau tidak dalam proses tersebut, serta pastikan ada seseorang yang akan selalu menemaninya sepanjang proses tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap dirinya,” tutur Matthew Lorber, acting director Child and Adolescent Psychiatry di Lenox Hill Hospital, New York City.

- Bacakan buku tentang kematian sesuai dengan usianya. Hal ini akan membantuanak untuk lebih memahami kehilangan seseorang yang disayanginya.

- Buatlah projek sebagai kenangan dari orang yang sudah meninggal, seperti membuat buku memori, melepaskan balon berisi surat, atau membuat bantal kecil dari baju orang tersebut.

- Jagalah diri Anda sendiri, sehingga Anda bisa membantu anak. Jika perlu, cari bantuan.

No comments:

Post a Comment