TEMPO.CO, Yogyakarta - Perilaku
korupsi yang kian subur tumbuh di Indonesia dinilai tak lepas dari
perilaku budaya yang masih hidup dan berkembang di masyarakat.
"Sikap
permisif, paternalistik, feodal, dan acuh tak acuh menjadi bagian sikap
budaya yang turut memupuk korupsi itu dari penyakit kecil hingga jadi
kanker pembunuh," ujar seniman Yogyakarta Agung 'Leak' Kurniawan di sela
diskusi jelang peringatan Hari Antikorupsi Sedunia di Balai Kota
Yogyakarta, Senin, 8 Desember 2014. (Baca: Doa Pendemo di depan KPK: Penjarakan Suryadharma)
Berangkat
dari suburnya perilaku korupsi itu, Agung bersama sejumlah seniman lain
di Kota Yogyakarta memutuskan terjun dalam peringatan Hari Antikorupsi
Sedunia yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi selama tiga hari di
Kota Yogya, 9-11 Desember 2014.
Para seniman yang berasal dari
berbagai lintas seni itu bersama KPK akan menggelar tiga acara besar
pada pembukaan festival antikorupsi pada Selasa, 9 Desember 2014. Dari
Pawai Gropyokan, Proklamasi Rakyat Antikorupsi, dan Konser Musik
Gropyokan.
"Korupsi Adalah Kita" merupakan tema besar memperingati Hari Antikorupsi Sedunia di Yogya. (Baca: Koalisi Anti- Mafia Tambang Ajak Jokowi Blusukan)
Berangkat
dari tema itu, para seniman pun menggunakan tikus sebagai simbol
perilaku korupsi yang rentan menyerang dari diri sendiri. Gambar tikus
itu bakal diwujudkan dalam bentuk topeng agar dikenakan warga sepanjang
mengikuti berbagai acara yang digelar saat peringatan Hari Antikorupsi.
"Kami mengajak memerangi korupsi dari diri sendiri dulu, sebelum melihat keluar," kata Agung.
Kalangan seniman pun mendukung upaya KPK yang menjadikan Yogya sebagai pilot project
program pencegahan korupsi berbasis keluarga tahun ini. "Keluarga
seharusnya jadi benteng pertama untuk mencegah perilaku korupsi. Tapi,
kenyataannya sekarang berbalik, keluarga justru kerap menjadi pendukung
korupsi itu," ujar Agung.
No comments:
Post a Comment