A.Di bawah ada beberapa kejadian yang harus diperhatikan dan dianalisa secara cermat.
1. Sombongkah tetangga saya?
Saya punya tetangga depan rumah. Salah satunya seorang remaja. Tiap kali bertemu dengan saya, selalu memalingkan muka. Pura-pura tidak tahu. Perilakunya sama dengan ketua RT saya yang baru. Walaupun bertemu di jalan, tetap cuek. Sombongkah dia?
Saya yang lebih tuapun mencoba menegurnya dan dia mau membalas teguran saya. Kalau begitu, kenapa selama ini kalau bertemu dengan saya pura-pura tidak tahu? Kemungkinannya banyak. Antara lain, sejak kecil memang tidak pernah diajari menyapa orang lain terutama yang lebih tua. “Clingus” (rasa ingin menegur tetapi takut kalau tidak dibalas, malu, enggan, merasa rendah diri atau karena sudah menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan). Jadi yang terjadi selama ini, remaja itu tetap bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Tetapi, tetap saja kalau bertemu di jalan tidak menyapa saya. Sombongkah dia? Tidak. Pembawaannya memang begitu (clingus) atau kuper (kurang pergaulan).
2. Mengendarai moge HD sombongkah?
Seorang sahabat saya kadang-kadang bertemu saya tiap Sabtu atau Minggu. Saya memakai motor tiga roda berkanopi sedangkan teman saya memakai moge (motor gede) HD. Tiap kali bertemu dengan saya, dia selalu meledek :” Beli HD yang harganya ratusan juta, dong!. Buat apa naik motor tiga roda yang harganya murah? Ha ha ha…!”. Dia meledek. Sombongkah dia?
Karena saya sudah mengenalnya puluhan tahun, maka saya tahu dia bukanlah sombong. Dia sahabat baiknya. Sejak dulu memang dia suka bercanda dengan cara meledek. Tidak menyakitkan hati karena sejak dulu gaya bercandanya seperti itu. Saya memakluminya. Jadi, dia bukanlah orang sombong. Gaya bercandanya memang begitu.
3. Ada gelar sarjana di kartu namanya
Seorang sahabat saya pernah bercerita. Ketika dia dipindahtugaskan ke Sulawesi Selatan,maka hari pertama berkenalan dengan karyawan lama, diapun membagi-bagikan kartu namanya. Ternyata ada yang nyeletuk :” Sombong amat. Mentang-mentang sudah bergelar S1 dan S2″.
Sahabat saya terkejut mendapat respon seperti itu. Padahal maksudnya adalah memperkenalkan diri supaya karyawan-karyawan lama tahu namanya, alamatnya, nomor teleponnya dan lain-lain. Jadi, niatnya bukanlah untuk menyombongkan gelar sarjananya. Kalau memang kejadiannya, maka tidak bisa sahabat saya dikatakan sombong. Penilaian sombong muncul akibat kesalahpahaman saja.
4. Mengamalkan ilmu dianggap sombong
Saya memang punya pengetahuan banyak. Karena saya punya hobi menulis, maka sayapun sering membuat artikel di blog pribadi, blog pihak lain, di Facebook, surat kabar dan lain-lain. Untuk artikel kritik memang saya menggunakan gaya sarkasme sebab kritik saya tergolong kritik “keras”. Bahkan tak jarang saya menggunakan kalimat bernada membodoh-bodohkan. Ternyata, melalui inbox ada yang mengatakan saya ini sombong. Betulkah saya sombong?
Di dalam membuat status, artikel dan tulisan lainnya, tak ada niat untuk menyombongkan diri. Gaya bahasa sarkasme memang bisa memberi kesan itu. Gaya sarkasme sengaja saya pilih karena kalimatnya langsung “mengena”. Langsung “terasa”. Bukan sekadar menyalahkan, tetapi mengoreksi sesuatu yang selama ini dianggap benar oleh masyarakat padahal sesungguhnya tidak benar. Atau, menulis hal-hal yang belum dipahami masyarakat. Jadi, sifatnya adalah mengamalkan pengalaman, pengetahuan dan atau ilmu pengetahuan yang saya miliki dan memberikan pencerahan.
5. Membanggakan kekayaan termasuk sombongkah?
Hal ini biasanya terjadi dikalangan para penguasa, pemimpin, konglomerat, pengusaha, dan para pejabat negara serta keluarga mereka. Mereka membanggakan kedudukan dan hartanya sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain.
Memang orang kaya punya segalanya. Punya rumah mewah, punya mobil mewah. Kalau mereka sering keliling kota menggunakan mobil mewah, apakah mereka orang sombong? Kalau seseorang punya rumah mewah sedangkan tetangga-tetangganya rumahnya sederhana, apakah dia termasuk sombong? Kalau dia menceritakan rasa bangganya atas kekayaannya, apakah dia termasuk sombong.
Kalau ternyata dia dalam posis menikmati kesuksesannya atas jerih payahnya berusaha secara halal atau berbisnis secara halal sehingga dia kaya raya, maka sebenarnya dia dalam posisi buan sombong, tetapi menikmati kesuksesan.
A.Definisi sombong
Kalau begitu, sombong itu yang bagaimana?
a.Menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah: tabiatnya agak aneh, sebentar — sebentar rendah hati (Sumber:http://kamusbahasaindonesia.org/sombong)
b. Rasulullah SAW: Sombong adalah “Perbuatan melecehkan orang lain dan menolak kebenaran” (HR Muslim dan Tirmidzi).
c. Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun mengesakan-Nya”. (Fathul Bari’ 10/601)
C.Ciri-ciri sombong
Dari definisi tersebut maka ciri-ciri orang sombong yaitu:
1.Menghargai diri sendiri secara berlebihan (termasuk narsis)
Bukan sombong: Menyadari bahwa dirinya memang mempunyai kelebihan dari pada orang lain dan berniat mengamalkan kelebihannya itu.
2.Melecehkan orang lain
Bukan sombong: Mengatakan bodoh kepada orang yang memang bodoh dengan tujuan memotivasi agar orang bodoh mauu berusaha untuk tidak menjadi bodoh.
3.Selalu merasa benar sendiri
Bukan sombong: Ada orang yang memang dalam posisi selalu benar. Ada argumentasi atau penalaran yang benar dan berdasarkan fakta.
4.Menolak kebenaran
Bukan sombong: Jika tidak sependapat dengan orang lain karena dari sudut ilmu logika pendapat orang lain memang tidak benar.
5.Tidak mau menghargai pendapat orang lain
Bukan sombong : Apabila pendapat orang lain memang salah dan ada argumentasi atau penalarannya yang bisa dipertanggungjawaban.
D.Sumber kesombongan
-Harta kekayaan
-Keturunan orang penting
-Amal atau ibadah
-Ketampanan atau kecantikan
Kesimpulan
1. Kita harus hati-hati untuk menilai orang lain, sombong atau tidak. Harus kita ketahui motivasi atau tujuannya. Kalau tujuannya adalah memberikan pencerahan dan kebenaran, maka itu bukanlah kesombongan.
2.Orang yang merasa dirinya tidak sombong justru adalah orang yang sombong. Sebab, perasaan itu merupakan perasaan sok bersih, sok jujur, sok alim dan merasa hanya orang lain yang bisa sombong.
Semoga bermanfaat.
Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973
9 Karakter Teman yang Perlu Dihindari di Jejaring Sosial -- keluarga.com
Perlu diingat kita tetap tidak boleh menghakimi mereka secara langsung atau hanya menilai mereka dari sampul luarnya saja.
- Jejaring sosial pertemanan di dunia maya seperti Facebook dan Twitter, adalah tempat yang sangat menyenangkan untuk dikunjungi, dari yang hanya sekadar digunakan untuk mengisi waktu luang, berbisnis, bertemu dengan kawan-kawan lama, hingga tempat untuk mencurahkan isi hati.Jejaring sosial pertemanan memiliki banyak sekali manfaat dan salah satunya adalah mengungkapkan jati diri seseorang. Bila diperhatikan secara saksama, setiap status yang ditulis atau pun postingan yang dikirim oleh seseorang, sesungguhnya hal tersebut mencerminkan kepribadian si pemiliknya. Nah, dari hal-hal tersebut kita dapat menentukan teman-teman mana saja yang dapat kita dekati dan mana saja yang patut kita waspadai. Dikutip dari pelbagai sumber, berikut ini beberapa karakter teman yang perlu kita hindari di jejaring sosial:
1. Mereka yang suka mendramatisasi
Mereka yang suka mendramatisasi suatu kejadian biasanya hanya mencari perhatian dari orang lain, umumnya mereka merasa kesepian atau tidak memiliki cukup banyak teman, sehingga dengan menyampaikan sebuah cerita yang didramatisasi yang bersangkutan berharap mendapatkan simpati dari orang lain.2. Mereka yang insecure -- ini bahaya !!!
Mereka yang insecure umumnya tidak memiliki rasa percaya diri yang baik, hampir sama dengan mereka yang suka mendramatisasi, mereka yang insecure biasanya akan berusaha untuk mendapatkan perhatian atau berharap mendapat simpati dan pujian dari orang lain, contohnya: memposting foto diri lalu mengomentari dirinya terlalu gendut padahal tubuhnya selangsing bak boneka barbie.3. Mereka yang glamor
Mereka yang memiliki karakter demikian sering memposting foto-foto dengan latar belakang kemewahan, tempat-tempat pesta yang meriah, mengenakan pakaian serta dandanan yang mahal, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, kehidupan pribadinya jauh dari hal-hal tersebut. Karakter teman yang demikian sebenarnya hanya bertujuan untuk membentuk citra dirinya di mata teman-temannya bahwa dia mampu dan mengharapkan pujian dari orang lain.4. Mereka yang suka berceramah
Mungkin ada yang memiliki teman suka berceramah dengan menuliskan kalimat-kalimat yang puitis dan cenderung menasihati. Sangat menarik memang, namun bila dalam kehidupan nyata yang bersangkutan tidak konsekuen dengan apa yang telah dia sampaikan di jejaring sosial, maka kita harus berpikir ulang untuk menjadi sahabatnya.5. Mereka yang suka menikam dari belakang
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin yang bersangkutan nampak bersahabat dan terlihat manis di hadapan kita, namun kemudian berubah 180 derajat ketika kita membaca hal-hal yang dia sampaikan di akun jejaring sosialnya. Karakter teman yang demikian sangat berbahaya dan harus dijauhi, karena sebenarnya kebaikan yang dia tunjukkan sebenarnya menyembunyikan sesuatu yang sangat berbahaya yang dapat menyulitkan orang lain.6. Mereka yang suka mengeluh
Masih ingat beberapa waktu yang lalu seorang mahasiswa di Jogja yang mengeluh karena harus mengantri bahan bakar untuk sepeda motornya. Hal yang bagi kita tampak sepele, namun bagi mereka yang suka mengeluh akan menjadi heboh di jejaring sosial. Ujung-ujungnya yang bersangkutan harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Mereka yang mudah mengeluh umumnya tidak mampu mengontrol emosinya atau empatinya terhadap sekitarnya.7. Mereka yang bermulut besar
Ingat peribahasa yang mengatakan "tong kosong nyaring bunyinya", bagi mereka yang bermulut besar akan sering kali menyampaikan hal-hal yang berlebihan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, seperti: suka mengancam, mengkritik, bersumpah serapah, dan sebagainya.8. Mereka yang suka konfrontasi
Karakter teman yang demikian biasanya suka membuat kisruh suasana, mereka tidak bisa menjadi juru damai atau sahabat yang bisa menyelesaikan masalah. Pertimbangkan kembali bersahabat dengannya.9. Mereka yang sok imut
Agak kesulitan menjelaskan hal ini, tetapi dalam bahasa Jawa ada satu kata yang dapat menggambarkan karakter mereka, yaitu "kemayu". Kemayu di sini berarti menggambarkan seseorang yang merasa dirinya cantik, imut, lucu, dan sebagainya. Khususnya bagi para wanita hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun bila pelakunya adalah pria, kita harus berhati-hati apakah dia pria tulen atau tidak. Umumnya mereka yang melakukan hal ini karena tidak memiliki rasa percaya diri yang baik terhadap dirinya, itu mengapa mereka cenderung memberikan informasi dirinya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, atau justru memanipulasi data, seperti: foto selfie yang terlalu cantik seperti boneka, mata belo, kulit putih menggemaskan, dan sebagainya.Setelah mengetahui bahwa ada banyak hal-hal unik dimiliki oleh teman-teman kita di jejaring sosial, kini adalah tugas kita untuk memutuskan akan tetap bersahabat dengan mereka atau tidak. Perlu diingat kita tetap tidak boleh menghakimi mereka secara langsung atau hanya menilai mereka dari sampul luarnya saja. Penilaian-penilaian tersebut hanya didasarkan pada perkiraan semata, sehingga akan lebih bijak bila kita berusaha mengetahui secara langsung kepribadian mereka dengan tetap berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment