October 30, 2014

Membuat Jadwal Homeschooling

Sebuah pertanyaan yang termasuk paling sering muncul kepada kami adalah, “Bagaimana keseharian Yudhis/Tata/Duta? Bagaimana jadwalnya? Boleh nggak lihat jadwal keseharian mereka?”
Pertanyaan ini agak sulit dijawab karena terus terang jadwal anak-anak berevolusi sesuai dengan usia & perkembangan mereka, juga kondisi keseharian yang sedang “in” dalam kehidupan kami.
Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku mau membuat disclaimer dulu bahwa apa yang akan aku bagi ini adalah apa yang “bekerja” untuk keluarga kami. Kondisi ini belum tentu cocok untuk keluarga orang lain. Jadi, silakan ditimbang dan jika Anda suka, diadaptasi sesuai kondisi keluarga Anda.
Bagi teman-teman yang baru mengenal homeschooling, dalam homeschooling ada banyak metode, mulai dari metode yang sangat terstruktur (School at Home) sampai metode yang tidak terstruktur (Unschooling). Praktek homeschooling di dalam keluarga kami berada di antara kedua metode tersebut. Spiritnya dekat dengan unschooling, tetapi kami juga membangun pola keseharian untuk membantu anak-anak menstrukturkan pola kegiatannya.
Nah, salah satu implementasi dari model yang kami gunakan adalah menggunakan menu. Model ini sebenarnya sudah kami terapkan sejak tahun 2010. Walau secara prinsip masih kurang-lebih sama, tetapi teknisnya berkembang terus menyesuaikan pertumbuhan anak-anak.

Prinsip Dasar

Secara prinsip model menu ini dimulai dari sebuah kesepakatan antara orangtua dan anak materi/proyek/pelajaran apa yang akan dilakukan dalam sebuah batasan waktu. Perjanjian bisa dibuat di awal bulan atau awal minggu. Jika anak masih berganti-ganti keinginan maka menu bisa dibuat per minggu.
Kunci sukses dari pembuatan jadwal ini adalah konsistensi & tanggung jawab pada anak sebagai pelaksana maupun orangtua sebagai pembimbing. Oleh karena itu, penting untuk membuat jadwal yang sederhana tapi bisa dilakukan anak daripada membuat jadwal yang padat dan kelihatan keren, tapi sulit untuk dijalankan anak-anak dan justru membuat mereka menjadi stress.
Jadwal ini kami sebut menu karena bentuknya memang seperti menu, seperti daftar makanan yang bisa mereka santap hari ini tapi mereka boleh memilih urutan yang mereka santap. Anak-anak belajar menentukan sendiri proses belajar mereka setiap hari.
Dengan model seperti ini, anak-anak belajar mengatur waktu mereka sendiri. Jika mereka mau berkegiatan keluar rumah, berarti mereka harus ngebut melahap menu kegiatan belajar mereka di pagi hari supaya siangnya bebas. Atau, jika pagi hari ada kegiatan di luar menu berarti mereka harus menyelesaikan menu kegiatan mereka di sore hingga  malam hari.
Saat membuat menu kegiatan belajar, kami membagi dua bagian. Ada materi pilihan kami (yang sifatnya wajib tapi jumlahnya sedikit). Ada materi yang ditentukan oleh anak-anak sendiri. Biasanya kami berdiskusi membahas materi untuk seminggu, setelah itu anak-anak menuliskan dalam catatannya masing-masing menjadi kegiatan per bulan.

Teknis Harian

Kami menjadikan momen sarapan sebagai “bel sekolah”. Sambil sarapan kami berdiskusi tentang apa yang menjadi rencana mereka hari ini. Tentu saja berakar dari jadwal yang sudah disepakati. Keberadaan perbincangan saat sarapan menjadi penguatan & membantu anak-anak untuk lebih fokus memulai harinya.
Setelah sarapan mereka mulai mengambil materi dari menu mereka. Makan siang menjadi check point kegiatan belajar. Kami bertanya sudah sampai mana kegiatannya, apakah ada kesulitan dll. Makan malam juga menjadi check point terakhir untuk melihat apa yang berhasil, apa yang menjadi kendala, apakah ada kegiatan yang mau ditunda besok karena ternyata waktunya tidak cukup, dll. Intinya kami mengobrol dan mengobrol, membicarakan apa-apa yang mereka lakukan di hari itu.

Bentuk Jadwal

Nah ini yang menarik. Ternyata dalam perkembangannya bentuk jadwal harian Yudhis-Tata memilih bentuk jadwal yang sesuai dengan kesukaan mereka. Yudhis yang mulai remaja, merasa jadwalnya bisa lebih praktis kalau dia jadikan checklist dalam bentuk aplikasi komputer yang selalu muncul mengingatkannya. Saat ini Yudhis nyaman dengan aplikasi Wunderlist, sebuah aplikasi “online to do list” yang dengan mudah bisa dibagi denganku untuk melaporkan perkembangannya.
jadwal-yudhis
Sementara Tata, yang sedang suka dengan diary dan gambar-gambar di kertas memilih buku harian sebagai bentuk jadwalnya. Kebetulan Tata mendapat buku jadwal yang bagus sekali waktu tukar kado di FESPER. Buku itulah yang kini menjadi buku jadwal harian Tata. Tata menaruh buku checklist-nya di meja belajarnya. Kata Tata, itu supaya jadwalnya selalu terlihat dan mudah mengingatkannya.
jadwal-tata
Yang aku takjub adalah Duta. Melihat kakak-kakaknya mempunyai jadwal kegiatan harian, Duta tak mau berbeda. Dia juga minta jadwal kegiatan hariannya. Setiap pagi dia melihat jadwal dan jika sudah selesai dia akan melaporkan dengan bahagia prestasinya itu.
Duta memakai bentuk jadwal konvensional (sebagaimana Yudhis-Tata dulu waktu kecil). Dibandingkan kakak-kakaknya, ternyata dia paling “patuh” dengan jadwalnya. Dia selalu mengecek apa jadwal yang harus dikerjakannya setiap saat.
Kelihatannya Duta adalah tipe anak yang suka jadwal dan berkomitmen dengan kesepakatan yang sudah dibuat. Saat kami sepakat bahwa jadwal bermain iPad untuk Duta pada hari Rabu, Sabtu, dan Minggu; Duta bisa menahan diri untuk tidak bermain iPad di hari lain. Tetapi, dia juga sangat menuntut untuk bermain iPad di hari-hari yang memang menjadi haknya.
Untuk Duta kami memberi gambar “STAR” setiap dia selesai menyelesaikan satu jadwal yang ada di menu. Tapi tanda bintang ini sebenarnya tak berlaku apa-apa, maksudnya bukan kemudian dikumpulkan dan diberi hadiah. Betul-betul hanya diberi tanda bintang saja sudah membuat Duta sangat senang menyelesaikan menu-menu kegiatannya.
Proses yang kami jalani bersama Duta, awalnya kami melakukan ngobrol bersama. Sebenarnya kami lebih banyak yang mengarahkan, tetapi kami menggunakan model bertanya dan meminta persetujuan Duta. Proses mengobrol itu kami lakukan sambil menulis di whiteboard plastik yang ditempel di dinding (Dry Erase Sheet). Sambil mengobrol dengan Duta, kami mencatat “kesepakatan” jadwal Duta.
Jadwal Duta ini lebih banyak bermain dan betul-betul menyesuaikan dengan kondisinya. Bulan lalu ada kegiatan IXL, tapi di bulan ini kami meniadakan karena materi-materinya sudah terlalu sulit buat Duta (Duta sudah berhasil menyelesaikan matematika TK). Bulan ini, Duta belajar lagi Reading Eggs sejak awal setelah sempat beristirahat  beberapa bulan.
jadwal-duta
Dan ini hasil jadwal jadi selama satu bulan untuk Duta. Bisa dilihat Duta cukup bahagia dengan aneka “bintang” yang didapatnya walau tak ada janji apapun dari kami untuk semua bintang yang dikumpulkannya. Selama ini Duta pun tidak pernah menagih bintangnya mau dijadikan apa. Jadi aku rasa Duta sudah cukup senang kalau melihat jadwalnya diberi tanda bintang.
jadwal-duta2
Kenapa kami tetap memakai jadwal print tidak di dry erase sheet/white board saja? Untuk dokumentasi. Dari kumpulan jadwal yang sudah di print aku jadi bisa mempelajari perkembangan belajar Duta.
Sekali lagi, proses membuat jadwal homeschooling ini tarik ulur. Jika kami lihat hari anak-anak sudah mulai monoton kami biasanya akan membebaskan mereka dari jadwal untuk beberapa waktu sebelum akhirnya kembali berjadwal lagi. Yang penting untuk kami anak-anak bisa melalui hari-hari mereka dengan optimal, dan anak-anak semakin hari semakin pandai mengatur waktunya.

No comments:

Post a Comment