October 17, 2014

Be A Romantic Couple, Create Your Home, and Happily Ever After in the Jannah

Saya mempertahankan pernikahan hanya demi anak saya, cinta saya sebetulnya sudah kering'
Inilah salah satu keluhan para suami/istri dalam pernikahannya. Dengan niat baik, demi kebaikan anak, pernikahan pun dipertahankan bagaimana pun caranya, meski sudah tiada cinta di antara keduanya. Dengan niat baik, demi kebaikan anak untuk mendapatkan sosok orangtua yang utuh, pernikahan pun dilanjutkan meski kering asmara di antara keduanya.
Namun betulkah itu memang kebutuhan anak?
Bahagiakah sang anak melihat orangtua selalu perang dingin dan saling tidak peduli setiap hari?
Bahagiakah sang anak jika melihat orangtua selalu ribut, saling menyalahkan, dan bahkan saling menuntut setiap hari?
Terpenuhikah kebutuhan sang anak, terutama kebutuhan emosi, jika setiap hari orangtua selalu penuh kecurigaan?
Jika demi anak, sekedar mempertahankan pernikahan saja tidak cukup. Jika demi anak, perbaikilah kualitas pernikahan anda setiap harinya. Jika demi anak, ajaklah pasangan untuk menjadi pasangan, teladan, dan orangtua terbaik. Jika demi anak, berilah hadiah berharga berupa pernikahan harmonis anda, karena pernikahan harmonis anda adalah warisan terindah yang takkan pernah terlupa sepanjang hidupnya.
Be A Romantic Couple, Create Your Home, and Happily Ever After in the Jannah

gimana y misal makmertua tinggal dirumah kami, tinggal lo, bukan mengunjungi --> setuju pake bangeg mbak, saya org kalimantan, suami jawa, mertua dr pcrn 10 tahun kurg suka dg saya, syukur suami mempertahankan saya, terima kasih Tuhan krn kami diridhoi kredit rumah n jauh dr klrg saya maupun klrg suami, jd bener2 dsni kami bljr mbangun klrg inti
Apa yang terjadi jika sebuah negara miliki dua kepala negara?
Apa yang terjadi jika sebuah istana miliki dua raja?
Apa yang terjadi jika perusahaan miliki dua direktur utama?
Apa yang terjadi pada bisnis jika dimiliki sekelompok orang yang berbeda kebijakan?
Tentu, bagi para karyawan dan rakyatlah yang akan merasakan kebingungan. Tentu sebuah negara, sebuah perusahaan menjadi tidak stabil.
Begitu pula dengan pernikahan...
Membangun pernikahan, berarti membangun istana di dalamnya, dimana anda dan pasangan adalah raja dan ratunya. Namun kebijakan yang akan dibangun tentu akan sulit diterapkan jika kita masih menetap di 'istana yang lama', alias di pondok mertua indah. Belum lagi jika mertua melihat kebiasaan yang baginya asing, namun sudah biasa kita lakukan, dan beliau tidak nyaman dengan itu semua. Seperti jika menantu orang Makassar yang terbiasa dengan logat blak-blakan dan nada agak tinggi, tinggal dalam keluarga Jawa yang terbiasa bernada lembut.
Maka, alangkah baiknya untuk pisah rumah, mandiri membangun istana sendiri, meskipun sekedar kontrak atau kos-kosan, utk meminimalisir benturan konflik yang ada
'Kang, bagaimana jika ortu sy sudah sangat membutuhkn sy krn sy hny satu2ny yg bs jd tempat bersandarnya?'
Jika memungkinkan, ajak orangtua anda untuk tinggal d 'istana baru' Anda, meskipun itu sekedar kontrak. Perbedaan istana yang ditempati akan mempengaruhi kemudahan kebijakan mana yang akan berjalan ke depannya.
Pilihan tentu di tangan Anda
Selamat membangun keharmonisan pernikahan Anda

No comments:

Post a Comment